Solid Gold ~ Konflik China - AS dan Pengaruhnya ke RI

 
 
Solid Gold Berjangka ~ Sebelum kita pelajari mengenai konflik Amerika Serikat (AS) vs China yang semakin memanas, serta apa yang menyebabkan sering terjadinya konflik antara China dan AS beberapa tahun belakangan. Mari kita review perdagangan saham kemarin.

Beberapa hari terakhir Indeks Dow Jones nampak kepayahan untuk menjebol level sakralnya di area 20.000. Ya, level 20.000 memang menjadi sebuah resisten yang sangat kuat. Mengapa demikian? Anda bisa pelajari di workshop Super Performance Trader.

Seiring dengan menguatnya Indeks Dow Jones, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai, antara lain naiknya 10 year treasury bond yield AS, dari 2,3% menjadi 2,6% hanya dalam rentang waktu sepekan. Hal ini bisa menjadi sentimen negatif untuk bursa Amerika, dan menahan laju bursa Amerika.

Sementara itu, seperti yang saya akan ceritakan dalam Kopipagi hari ini, bahwa di Indonesia ada beberapa sentimen positif, kita masih harus waspadai berbagai sentimen dari global, terutama pelantikan Trump sebagai presiden. Apa dampaknya buat IHSG ? Simak ulasan selengkapnya di video January Premium Insight bit.ly/premiumaccess

Pada perdagangan kemarin, turunnya harga minyak mentah di bawah 2% menjadi sentimen negatif pada perdagangan bursa kemarin, termasuk Indonesia. Hal tersebut dikarenakan adanya kemungkinan minyak datang dari Irak, sehingga membuat IHSG melemah ke level 5.309,92 (-0,12%).

Sedangkan sentimen positif datang dari rilis data ekonomi ritel Indonesia untuk bulan November yang mengalami kenaikan 10% dari tahun sebelumnya menandakan daya beli masyarakat yang masih tinggi. Cadangan devisa negara yang juga ikut naik menjadi penambah sentimen positif hari ini.

Meskipun investor masih wait and see menunggu kebijakan relaksasi ekspor dari pemerintah, sentimen positif dalam negeri cukup membawa harapan positif.

Baru-baru ini ada kabar bahwa proses penyelesaian transaksi di lantai bursa akan dipercepat. Penyelesaian transaksi atau yang sering kita sebut settlement T+ 3 akan dipercepat prosesnya dan akan berubah menjadi T+ 2. Peraturan yang rencananya akan mulai berlaku pada pertengahan tahun ini, sudah mencapai tahap pengembangan sistem dan sosialisasi.

Dengan adanya peraturan baru ini diharapkan akan mengurangi terjadinya gagal transaksi dan risiko-risiko lainnya. Sambil mempersiapkan diri menyambut peraturan baru, yuk persiapkan diri juga dengan pilihan-pilihan saham sektoral untuk tahun 2017, yang dapat Anda simak lewat Video January Premium Insight di bit.ly/premiumaccess

Konflik AS vs China

Sebelum terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, antara Amerika dan China memang sudah sering terjadi konflik mengingat persaingan ekspor impor dan mata uang yang semakin hari semakin memanas. 

Namun, sejak Trump mengeluarkan beberapa kebijakan, konflik antara China dan AS semakin nampak. Sikap Trump yang keras menjadi penyebab utama, terutama setelah Trump menerima panggilan telepon dari Tsai Ing-wen, pemimpin Taiwan. Pada waktu itu, Trump indikasikan akan akhiri "One Policy" China. Apa yang dimaksud dengan kebijakan "One Policy" China? Kenapa pembicaraan antara Trump dan Tsai memicu kemurkaan China? 

Apa itu One Policy China?

Kebijakan 'satu China', yang artinya hanya menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat China, dimulai pada 1979 manakala presiden Amerika kala itu, Jimmy Carter, memutus hubungan dengan Taiwan sebelum membuka kedutaan besar Amerika di Beijing. Kebijakan 'satu China' adalah fondasi hubungan Amerika-China mengingat Beijing selalu menganggap Taiwan adalah bagian dari wilayahnya. 

Trump menilai kebijakan satu China dapat digunakan sebagai alat negosiasi dalam hal-hal lain, seperti perdagangan. Hal ini terkait kebijakan China yang sengaja melemahkan yuan dengan melebarkan mata uangnya. Kebijakan itu menyebabkan China mendominasi perdagangan ekspor dunia, karena produk-produk ekspornya yang sangat murah jika dibandingkan dengan negara lain. Melihat hal itu, Trump berpikir, ia bisa mengancam perdagangan China dengan mencoba bekerja sama dengan Taiwan. Padahal, jelas-jelas dalam "One Policy", Beijing menegaskan Taiwan merupakan bagian dari wilayahnya, dan segala hubungan yang dilakukan dengan Taiwan harusnya melalui China.

Selama berpuluh tahun, belum ada presiden atau presiden terpilih dari AS yang pernah berbicara secara langsung dengan pemimpin Taiwan. Namun, Trump menegaskan Beijing tidak berhak menentukan apakah dia bisa berbicara dengan pemimpin Taiwan atau tidak. Lebih jauh, Trump menuding China tidak bekerja sama dengan AS soal penanganan mata uang yuan, soal Korea Utara, dan mengenai ketegangan di Laut China Selatan.

Berencana transit di AS, Taiwan picu kemarahan China

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen akan transit di AS saat dia mengunjungi Amerika Latin bulan ini. Langkah ini akan membuat marah China yang telah mendesak AS menolak transit Tsai tersebut. China sangat mencurigai Tsai yang dituding ingin mendorong kemerdekaan Taiwan. Beijing menganggap Tsai tidak layak untuk hubungan antarnegara. Detil tentang transit itu akan diamati dengan cermat karena media Taiwan memperkirakan Tsai akan bertemu tim transisi Presiden AS terpilih Donald Trump menjelang pelantikan pada 20 Januari mendatang. Trump membuat marah China saat dia berbicara dengan Tsai melalui telepon bulan ini.

Pemerintah China rupanya kecewa dengan Trump, karena dinilai tidak berupaya menjaga hubungan China–AS. Trump juga dinilai tidak berusaha menjaga dan menghormati tatanan politik yang ada antara Pemerintah AS dengan pemerintahan di kawasan Asia Pasifik jika presiden terpilih AS, Donald Trump ingkar pada kebijakan tersebut, maka masyarakat China akan menuntut pemerintahnya untuk membalas perlakuan AS tersebut.

Konflik China-AS memanas, apa hubungannya dengan IHSG?

Amerika merupakan negara yang menjadi pusat perekonomian dunia, Sedangkan China merupakan negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia. Jadi, bayangkan saja jika kedua negara tersebut terus menerus terlibat konflik. 

Jika kesehatan perekonomian AS ataupun China terganggu tentunya akan berdampak pada perekonomian di hampir seluruh negara. Itu berarti apapun yang terjadi dalam perekonomian China dan Amerika jelas tidak bisa dipandang sebelah mata, belum lagi perang mata uang yang dilakukan China dengan mendevaluasi yuan. 

Sejumlah faktor tadi, mulai dari yuan yang terus melemah dan menjadikan harga barang China lebih kompetitif, harga komoditas yang terus menurun dan menurunnya permintaan dunia, sampai melambatnya perekonomian China, diprediksi bermuara pada berkurangnya tekanan terhadap inflasi dunia sekaligus memicu kekhawatiran deflasi global dan gagal bayar utang. Tentunya, hal itu juga akan berdampak terhadap pergerakan IHSG di Indonesia.

Kondisi ketidakpastian global ini memicu volatilitas pasar, terutama pada saham-saham perbankan berkapitalisasi besar.

Manfaatkan koreksi pada saham BBRI, BBTN, untuk buy on weakness, dan lakukan profit taking pada target resisten terdekat. Sementara itu untuk jangka pendek, bisa cermati saham-saham perbankan berkapitalisasi lebih kecil seperti BJBR, BJTM, BNGA.

Lalu, bagaimana bulan ini? Masih adakah saham potensial di tengah konflik global saat ini?
(Solid Gold)



Sumber DetikFinance
baca Disclaimer




BACA JUGA

Solid Gold ~ Penjelasan bos BI soal Rupiah baru muat gambar mirip palu dan arit



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solid Gold Berjangka | Cara ampuh lindungi transaksi perbankan Anda dari penipuan

GUDANG SNACK SEMARANG

Kamus Bahasa Gaul dan Alay Terbaru 2015