Pt Solid Gold Berjangka ~ Harga Saham Tambang melemah seiring harga Minyak
Pt Solid Gold Berjangka ~ Harga minyak mentah dunia yang mengalami penurunan hingga berada di sekitar level US$50 per barel membuat harga sejumlah komoditas ikut tergerus, terutama batu bara yang tembus ke bawah level US$80 per metrik ton.
Hal ini membuat indeks sektor tambang terjun bebas sepanjang pekan lalu. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukan indeks sektor tambang berada di level 1.363,904, atau mengalami penurunan mencapai 4,61 persen dari posisi sebelumnya 1.429,787, menjadi sektor yang melemah paling dalam.
Analis Samuel Sekuritas Muhamad Al Fatih menuturkan, harga minyak selalu menjadi faktor utama dalam pergerakan harga sejumlah komoditas, terutama seperti batu bara dan metal.
"Harga minyak jelas berpengaruh, umumnya memang harga batu bara ini beriringan dengan harga batu bara," ucap Al Fatih kepada CNNIndonesia.com, Minggu (12/3).
Namun, bila mengacu pada data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan (HBA) per Maret 2017 masih berada di level US$81,9 per metrik ton, turun tipis dari HBA per Februari 2017 US$83,32 per metrik ton.
Penurunan ini membuat kepercayaan pelaku pasar menurun dengan kelangsungan harga batu bara selanjutnya. Hal ini berdampak negatif pada harga saham sejumlah emiten berbasiskan batu bara, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Dari keempat emiten tersebut, Bumi Resources menderita penurunan paling signifikan yakni, 8,02 persen. Harga sahamnya pada awal pekan lalu masih berada di level Rp324 per saham, tetapi pada akhir pekan merosot ke level Rp298 per saham.
Kemudian, penurunan harga sahamnya disusul oleh Adaro Energy yang turun 5,04 persen, lalu Indo Tambangraya 4,53 persen, dan Bukit Asam yang terkoreksi 3,48 persen.
Menurut Al Fatih, selain karena penurunan harga minyak, peningkatan risiko geopolitik di Asia terkait peluncuran rudal Korea Utara ke wilayah zona ekonomi eksklusif Jepang. Dalam hal ini, China sebagai pemakai komoditas batu bara sedikit terganggu.
"Ketika ekonomi China terganggu, permintaan dunia akan terganggu karena China pemakai batu bara terbesar," ungkap Al Fatih.
Untuk pekan ini, Al Fatih menilai, sektor tambang masih akan melemah seiring dengan harga minyak yang juga diprediksi masih dalam tren penurunan. Dengan demikian, sektor tambang tidak disarankan bagi pelaku pasar selama pekan ini.
Di sisi lain, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee memprediksi, harga minyak akan bangkit (rebound) secara terbatas karena penurunan harga minyak yang terjadi sudah cukup dalam. Dengan begitu, harga batu bara pun berpeluang kembali naik dan berdampak positif terhadap emiten batu bara.
Kendati demikian, beberapa emiten tersebut hanya direkomendasikan untuk perdagangan jangka pendek. Harga batu bara yang masih belum terbilang stabil menyebabkan emiten batu bara tidak bisa dijadikan investasi jangka panjang.
"Kemungkinan bisa naik terbatas untuk harga batu bara. Mungkin akan bangkit minggu ini, tapi hanya untuk trading mingguan," ujar Hans Kwee.
Saham Konstruksi Naik Daun
Sementara itu, analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu merekomendasikan saham konstruksi, terutama PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Menurutnya, Adhi Karya cukup menarik karena termasuk yang paling sering melakukan aksi korporasi, terlebih lagi dalam mencari pendanaan untuk proyek light rail transit (LRT).
"Harga sahamnya terus tumbuh kalau diperhatikan dari Februari ya. Jadi target harga dinaikan dari Rp2.020 per saham, sekarang targetnya Rp2.600-Rp3.000 per saham," kata Lucky.
Asal tahu saja, jika diakumulasi, maka harga saham Adhi Karya sejak awal Februari hingga akhir pekan lalu tercatat naik 8,69 persen. Di mana pada awal Februari berada di level Rp2.070 per saham, sedangkan Jumat kemarin (10/3) ditutup ke level Rp2.250 per saham
Selain Adhi Karya, tentunya saham konstruksi pelat merah lainnya juga dinilai masih cukup menarik karena proyek infrastruktur yang semakin agresif. Emiten tersebut antara lain seperti, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT WIjaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP Tbk (PTPP). (pt solid gold berjangka)
baca Disclaimer
BACA JUGA
Komentar