Biji Kelor Penjernih Air
SolidGold - Kepedulian Adinda Alifiansi Candra Dewi, siswi SMK Theresiana Semarang terhadap lingkungan membawanya ke Asia-Pacific Conference of Young Scientists (APCYS) ke-3 pada 18-22 Agustus 2014 lalu di Taiwan. Bahkan ia mendapatkan medali emas bidang Environmental Science karena meneliti biji kelor.
Dara kelahiran 3 april 1996 itu sudah satu tahun meneliti soal biji kelor yang bisa difungsikan untuk menjernihkan air. Rasa penasarannya terhadap biji kelor muncul karena keruhnya sungai Kanal Banjir Timur Semarang dan warga di sekitar tempat tinggalnya yang tidak menikmati air PDAM.
Berbekal buku referensi, siswi kelas XII jurusan farmasi tersebut mulai melakukan penelitian soal biji kelor sebagai pembersih air. Percobaan yang dilakukan Adinda yaitu dengan mengumpulkan biji kelor lalu dikeringkan kemudian diblender hingga menjadi serbuk halus.
Serbuk tersebut dimasukkan ke dalam satu liter air dan diaduk. Setelah itu didiamkan hingga bubuk biji kelor mengendap ke bawah dan hasilnya air akan jernih.
"Saya percobaan ambil air dari Banjir Kanal Barat dan Timur. Perbandingannya satu liter air dan 400 mili gram biji kelor. Sampai jernih butuh waktu delapan jam pengendapan. Saya dibimbing Bu Shierly Veronica Mayasari," ujarnya.
Penelitian itu membawa Adinda memperoleh medali perunggu di tingkat provinsi dan medali perak di tingkat nasional. Namun Adinda masih merasa belum puas dan mendalami penelitiannya yaitu soal takaran hingga akhirnya ditemukan takaran baru
Dara kelahiran 3 april 1996 itu sudah satu tahun meneliti soal biji kelor yang bisa difungsikan untuk menjernihkan air. Rasa penasarannya terhadap biji kelor muncul karena keruhnya sungai Kanal Banjir Timur Semarang dan warga di sekitar tempat tinggalnya yang tidak menikmati air PDAM.
Berbekal buku referensi, siswi kelas XII jurusan farmasi tersebut mulai melakukan penelitian soal biji kelor sebagai pembersih air. Percobaan yang dilakukan Adinda yaitu dengan mengumpulkan biji kelor lalu dikeringkan kemudian diblender hingga menjadi serbuk halus.
Serbuk tersebut dimasukkan ke dalam satu liter air dan diaduk. Setelah itu didiamkan hingga bubuk biji kelor mengendap ke bawah dan hasilnya air akan jernih.
"Saya percobaan ambil air dari Banjir Kanal Barat dan Timur. Perbandingannya satu liter air dan 400 mili gram biji kelor. Sampai jernih butuh waktu delapan jam pengendapan. Saya dibimbing Bu Shierly Veronica Mayasari," ujarnya.
Penelitian itu membawa Adinda memperoleh medali perunggu di tingkat provinsi dan medali perak di tingkat nasional. Namun Adinda masih merasa belum puas dan mendalami penelitiannya yaitu soal takaran hingga akhirnya ditemukan takaran baru
30 miligram biji kelor untuk 1 liter air. Diaduk kecepatan 100 rpm selama 1 menit kemudian 15 rpm sampai 20 rpm selama 15 sampai 20 menit. Endapkan satu jam, air sudah bersih," tandas putri pertama dari pasangan Kodrat Agung Ariwinanto dan Andrini Widiasari itu.
"Kalau pun airnya mengandung minyak. Nanti minyak akan gampang diambil di permukaan karena serbuk biji kelornya ikut menempel," imbuhnya.
Dengan penelitiannya itu Adinda yakin dapat mencuri perhatian juri di Taiwan. Benar saja, di National Academy for Educational Research, Taiwan, dewan juri dibuat takjub. Mereka menganugerahi Adinda dengan medali emas. Tema yang ditampilkan saat itu adalah '"Kelor" Seed as Water Cleanser'.
Meski sudah memenangkan medali emas tingkat internasional, Adinda masih ingin meneliti lebih lanjut soal biji kelor. Ia ingin sterilisasi yang dilakukan biji kelor ke air keruh bisa membuat air menjadi siap minum.
"Ingin airnya bisa diminum. Tapi itu butuh penelitian untuk melihat kandungan bakterinya, itu yang belum saya lakukan," kata siswi yang tinggal di Jalan Galar 2 No 13, Tlogosari itu.
Penelitian soal biji kelor ternyata bukan penelitian pertama Adinda. Tahun 2013 lalu ia memenangkan kejuaraan di Jakarta karena membuat inovasi makanan ringan yaitu mi kering dari daun kersen (buah ceri).
"Banyak anak-anak suka jajan dan kekurangan protein. Daun kersen dicuci, diblender, dan dicampur adonan mi akan membuat mi mengandung banyak protein," terang Adinda.
"Kalau pun airnya mengandung minyak. Nanti minyak akan gampang diambil di permukaan karena serbuk biji kelornya ikut menempel," imbuhnya.
Dengan penelitiannya itu Adinda yakin dapat mencuri perhatian juri di Taiwan. Benar saja, di National Academy for Educational Research, Taiwan, dewan juri dibuat takjub. Mereka menganugerahi Adinda dengan medali emas. Tema yang ditampilkan saat itu adalah '"Kelor" Seed as Water Cleanser'.
Meski sudah memenangkan medali emas tingkat internasional, Adinda masih ingin meneliti lebih lanjut soal biji kelor. Ia ingin sterilisasi yang dilakukan biji kelor ke air keruh bisa membuat air menjadi siap minum.
"Ingin airnya bisa diminum. Tapi itu butuh penelitian untuk melihat kandungan bakterinya, itu yang belum saya lakukan," kata siswi yang tinggal di Jalan Galar 2 No 13, Tlogosari itu.
Penelitian soal biji kelor ternyata bukan penelitian pertama Adinda. Tahun 2013 lalu ia memenangkan kejuaraan di Jakarta karena membuat inovasi makanan ringan yaitu mi kering dari daun kersen (buah ceri).
"Banyak anak-anak suka jajan dan kekurangan protein. Daun kersen dicuci, diblender, dan dicampur adonan mi akan membuat mi mengandung banyak protein," terang Adinda.
baca Disclaimer
Komentar