Rupiah Kembali Melemah di Atas Rp 12.600 Per Dollar AS
PT.SolidGoldSemarang~ Nilai tukar rupiah diproyeksikan berpeluang melemah pada perdagangan Selasa (13/1/2015). Naiknya kembali indeks dollar AS di pasar global menjadi sentimen negatif bagi mata uang Garuda.
Hingga dini hari tadi, walaupun tidak ada data ekonomi penting yang diumumkan, indeks dollar AS menguat setelah sebelumnya turun selama beberapa hari. Bersamaan dengan itu, harga minyak Brent terus turun hingga 47 dollar AS per barrel. Sementara itu, Indeks S&P 500 melanjutkan pelemahannya bersamaan dengan imbal hasil US Treasury 10 tahun yang turun lebih jauh ke bawah 2 persen.
Pagi ini ditunggu data neraca perdagangan China yang surplusnya diperkirakan menipis. Pada malam hari, data ekspektasi terhadap kondisi perekonomian AS ditunggu, diperkirakan membaik.
Rupiah berhasil menguat hingga Senin (12/1/2015) sore ke level Rp 12.500-an per dollar AS bersama dengan mayoritas mata uang di Asia. Penguatan tersebut juga diikuti oleh aksi beli di pasar SUN, di mana imbal hasil tenor 10 turun hingga 7,8 persen.
Pemerintah kembali memberikan sinyal bahwa harga premium akan turun cukup signifikan pada Februari, mengikuti perekembangan harga minyak dunia. Dengan harga minyak dunia yang masih turun drastis, terbuka peluang harga premium turun lebih rendah dari Rp 6.500 per liter, harga sebelum pertengahan November 2014.
"Hari ini rupiah diperkirakan melemah mengikuti penguatan indeks dollar AS walaupun ke depan ruang penguatan masih ada," demikian riset Samuel Sekuritas Indonesia, pagi ini.
Sementara itu, pada awal perdagangan di pasar spot pagi ini, seperti dikutip dari data Bloomberg, pukul 08.42 WIB, mata uang Garuda melemah ke posisi Rp 12.618 per dollar AS dibanding penutupan kemarin pada 12.599.
baca Disclaimer
Hingga dini hari tadi, walaupun tidak ada data ekonomi penting yang diumumkan, indeks dollar AS menguat setelah sebelumnya turun selama beberapa hari. Bersamaan dengan itu, harga minyak Brent terus turun hingga 47 dollar AS per barrel. Sementara itu, Indeks S&P 500 melanjutkan pelemahannya bersamaan dengan imbal hasil US Treasury 10 tahun yang turun lebih jauh ke bawah 2 persen.
Pagi ini ditunggu data neraca perdagangan China yang surplusnya diperkirakan menipis. Pada malam hari, data ekspektasi terhadap kondisi perekonomian AS ditunggu, diperkirakan membaik.
Rupiah berhasil menguat hingga Senin (12/1/2015) sore ke level Rp 12.500-an per dollar AS bersama dengan mayoritas mata uang di Asia. Penguatan tersebut juga diikuti oleh aksi beli di pasar SUN, di mana imbal hasil tenor 10 turun hingga 7,8 persen.
Pemerintah kembali memberikan sinyal bahwa harga premium akan turun cukup signifikan pada Februari, mengikuti perekembangan harga minyak dunia. Dengan harga minyak dunia yang masih turun drastis, terbuka peluang harga premium turun lebih rendah dari Rp 6.500 per liter, harga sebelum pertengahan November 2014.
"Hari ini rupiah diperkirakan melemah mengikuti penguatan indeks dollar AS walaupun ke depan ruang penguatan masih ada," demikian riset Samuel Sekuritas Indonesia, pagi ini.
Sementara itu, pada awal perdagangan di pasar spot pagi ini, seperti dikutip dari data Bloomberg, pukul 08.42 WIB, mata uang Garuda melemah ke posisi Rp 12.618 per dollar AS dibanding penutupan kemarin pada 12.599.
baca Disclaimer
Komentar