Ekspor China naik lebih rendah dari perkiraan, untuk pertama kali dalam 4-bulan
Bloomberg, (10/4) - Ekspor China naik kurang dari perkiraan untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir karena melemahnya permintaan global yang digunakan mendukung pemulihan ekonomi domestik.
Departemen Kepabeanan China mengatakan pagi ini bahwa pengiriman produk ke luar negeri naik 10 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut membandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Februari sebesar 21,8 persen dan estimasi median di 11,7 persen dalam survei Bloomberg News dari 36 ekonom. Impor naik di atas perkiraan sebesar 14,1 persen pada Maret, membawa defisit perdagangan hingga $ 880 juta.
Pelemahan tersebut merusak pola dari -gambaran diatas perkiraan- oleh para ekonom di bank-bank investasi termasuk Goldman Sachs Group Inc, bahwa keuntungan pada tingkat ekspor adalah berlebihan karena para perusahaan menggembungkan laporan perdagangannya. Pertumbuhan perdagangan yang melemah juga menambah tantangan untuk PM China yang baru, Li Keqiang dalam mempertahankan rebound ekonomi sambil mencoba untuk membatasi kebijakan perbankan dan harga perumahan.
'Pertumbuhan ekspor China diperkirakan akan melambat lebih lanjut dalam kuartal kedua karena permintaan di AS dan Eropa masih lemah,' kata Li Wei, seorang ekonom Standard Chartered Plc.
Pemerintah China bulan lalu menetapkan target pertumbuhan perdagangan sebesar 8 persen untuk tahun ini, turun dari 10 persen pada tahun 2012.
Apabila data ekspor China pada kuartal pertama meningkat, keuntungan dalam beberapa bulan mendatang mungkin akan berada di bawah par, kata Alistair Thornton, ekonom dari IHS Inc sebelum data tersebut dirilis.
Melemahnya yen juga dapat menimbulkan tantangan bagi ekspor China dan menyulitkan kebijakan moneter, kata investor miliarder George Soros pekan ini di Forum Boao Asia di China. Mata uang Jepang telah jatuh sekitar 22 persen terhadap yuan dalam enam bulan terakhir setelah Perdana Menteri baru Shinzo Abe menetapkan langkah-langkah dalam upaya untuk mengalahkan deflasi. (brc)
Pelemahan tersebut merusak pola dari -gambaran diatas perkiraan- oleh para ekonom di bank-bank investasi termasuk Goldman Sachs Group Inc, bahwa keuntungan pada tingkat ekspor adalah berlebihan karena para perusahaan menggembungkan laporan perdagangannya. Pertumbuhan perdagangan yang melemah juga menambah tantangan untuk PM China yang baru, Li Keqiang dalam mempertahankan rebound ekonomi sambil mencoba untuk membatasi kebijakan perbankan dan harga perumahan.
'Pertumbuhan ekspor China diperkirakan akan melambat lebih lanjut dalam kuartal kedua karena permintaan di AS dan Eropa masih lemah,' kata Li Wei, seorang ekonom Standard Chartered Plc.
Pemerintah China bulan lalu menetapkan target pertumbuhan perdagangan sebesar 8 persen untuk tahun ini, turun dari 10 persen pada tahun 2012.
Apabila data ekspor China pada kuartal pertama meningkat, keuntungan dalam beberapa bulan mendatang mungkin akan berada di bawah par, kata Alistair Thornton, ekonom dari IHS Inc sebelum data tersebut dirilis.
Melemahnya yen juga dapat menimbulkan tantangan bagi ekspor China dan menyulitkan kebijakan moneter, kata investor miliarder George Soros pekan ini di Forum Boao Asia di China. Mata uang Jepang telah jatuh sekitar 22 persen terhadap yuan dalam enam bulan terakhir setelah Perdana Menteri baru Shinzo Abe menetapkan langkah-langkah dalam upaya untuk mengalahkan deflasi. (brc)
Komentar